Desahanmalam1,Neng dalan anyar koe karo sopo, aku ngerti dewe neng ngarepe moto. Neng dalan Anyar koe karo sopo neng kulon terminal kertonegoro.
Situs Poker Online Bagi gunawan, pengusaha berusia 40 tahun, unsur mistis merupakan hal yang dapat diandalkan menuju kesuksesan hidup. Untuk mengelola usaha pariwisata dan perhotelan yang dimilikinya, sudah puluhan tahun ini gunawan menggunakan jasa paranormal. Tak dinyana, paranormal pribadinya justru menikmati sensasi seksual bersama istrinya.
Siang itu gunawan membawa mbah wijan, paranormal berusia 60 tahun, untuk membersihkan rumahnya dari kemungkinan gangguan pesaing usahanya.
Sudah tiga tahun ini ritual bersih rumah dilakukan mbah wijan tiap enam bulan sekali di rumah gunawan. Prosesinya antara lain memercik air bunga ke tiap sudut ruangan di dalam rumah gunawan. Biasanya dilakukan sejak siang hari hingga menjelang malam.
“Maaf Mbah mungkin kali ini saya tidak bisa mengikuti ritual ini sampai selesai, karena saya harus keluar kota untuk kepentingan perusahaan. Tapi istri saya akan tetap di sini membantu Mbah sampai ritual selesai,” kata gunawan di tengah jalannya prosesi ritual.
“Oh begitu. Ya ndak apa pak guna, ditinggal saja biar saya selesaikan tugas saya. Lagi pula pembersihan di ruang tamu dan kamar kerja pak guna sudah selesai, nanti biar di ruangan lainnya saya teruskan sendiri. Ndak usah suruh nyonya membantu, biar saya kerjakan sendiri,” kata mbah wijan.
“Eh.. jangan Mbah, biar istri saya membantu ya,” kata gunawan lagi. Ia kemudian memanggil susi, istrinya di ruang keluarga.
susi berusia 30 tahun, berwajah ayu, kulit putih, dan tubuhnya sintal. Selama melakukan ritual di rumah gunawan, mbah wijan memang belum perah melihat susi dan dua anak gunawan. Setiap ritual dilakukan rumah memang harus dalam keadaan kosong penghuni, kecuali satu orang anggota keluarga yang mendampingi mbah wijan. Biasanya gunawan menitipkan istri dan anaknya ke rumah mertuanya.
“Ini kenalkan Mbah.. ini susi istri saya. Mama, kenalkan ini mbah wijan yang pernah papa ceritakan,” kata gunawan begitu susi tiba di ruang tamu. Keduanya langsung berjabatan tangan dan berkenalan.
“Iya Mbah.. suami saya harus ke lar kota sekarang, jadi biar ritual pembesihan rumahnya saya yang gantikan untuk membantu Mbah. Si mbok dan anak-anak sudah saya bawa ke rumah opa-omanya,” kata susi.
“Waduh.. sebenarnya bu susi ndak usah repot ndak apa.. saya bisa selesaikan sendiri. Tapi lebih baguslah kalau bu susi mau membantu,” kata mbah wijan.
mbah wijan lalu menjelaskan apa saja yang harus dilakukan susi, antara lain memegang baskom berisi air bunga tujuh rupa dan selalu berada di samping mbah wijan saat ritual dilakukan di tiap ruangan, untuk memudahkan mbah wijan memercikan air ke ruangan karena baskom tidak boleh diletakkan di lantai atau media apapun.
“Maaf Mbah, saya potong.. saya harus berangkat sekarang. Mama, papa jalan ya,” kata gunawan lalu pergi meninggalkan mbah wijan dan susi di rumah.
susi manggut-manggut mendengarkan penjelasan mbah wijan. Meski pekerjaan itu mudah dan bisa dilakukan pembantu , tetapi karena harus anggota keluarga susi bersedia melakukannya demi kesuksesan suaminya.
“Ruangan tamu ini sudah saya bersihkan, sekarang kita ke ruang keluarga bu susi,” mbah wijan berjalan menuju ruang keluarga, susi membawa baskom air bunga membuntutinya.mbah wijan meminta susi duduk di sofa keluarga pada posisi duduk seperti biasanya saat menonton televisi bersama keluarga. susi mengikuti lalu duduk di pojok kanan dengan kedua tangan tetap memegangi baskom.
Mulut mbah wijan komat-kamit membaca mantra dengan mata terpejam, lalu kedua tangannya dimasukkan dalam baskom yang dibawa susi, dan mulai memercikkan air ke ruang itu berkeliling dari sudut ke sudut.
Setelah selesai, ritual kemudian pindah ke kamar tidur utama, kamar tidur gunawan dan susi di lantai dua. mbah wijan kembali meminta susi tidur di ranjang pada posisi seperti biasanya, dan susi menuruti, berbaring dengan tetap memegang baskom air bunga di atas perutnya.
“Oh.. maaf bu susi.. saya lupa memberi tahu. Kalau bisa busananya juga harus diganti dengan baju tidur yag biasa dipakai sehari-hari di kamar tidur ini,” kata mbah wijan.
susi sedikit terkejut mendengarnya sebab gunawan tidak pernah bercerita tentang itu. Tapi akhirnya ia menurut juga. mbah wijan keluar ruangan membiarkan susi bersalin pakaian.
“Sudah Mbah.. silahkan diteruskan,” susi mengenakan daster tipis merah muda yang biasa dipakai saat tidur. Ia merasa agak risih juga ketika mbah wijan masuk ke kamar, karena kebiasaan setiap tidur susi tak pernah menggunakan pakaian dalam, CD dan Bra.
mbah wijan menangkap kerisihan susi, apalagi daster tipis membuat putting susu susi membekas jelas.
“Ndak usah risih bu susi.. ini demi ritual. Bu susi memang cantik dan sexy, tapi Mbah kan sudah tua, sudah ndak bisa bangun.., jadi ndak mungkin berbuat macam-macam,” kata mbah wijan tersenyum. susi kemudian berbaring seperti semula dan mbah wijan melanjutkan ritualnya.
Kata-kata mbah wijan membuat susi lega, sebab sesuatu bisa saja keluar dari rencana bila seorang wanita seperti susi berada sekamar dengan pria lain yang normal.
Tapi.. apa iya mbah wijan sudah nggak bisa bangun?. Pertanyaan itu justru berkeliaran di benak susi. Ia memandangi sosok mbah wijan yang masih berdiri merapal mantra-mantra membelakanginya.
Usia mbah wijan memang sudah tua, rambut, kumis dan jenggotnya sudah memutih sebagian. Tapi fisiknya masih kelihatan sangat bugar. Tingginya sekitar 180 cm, lebih tinggi dari gunawan. susi pun hanya sebatas dagunya kalau berdiri berdampingan.
Tubuh mbah wijan juga nampak kekar dilapisi kulit hitam legam. Saat tangan mbah wijan membasuh di baskom, susi bisa melihat jemari-jemarinya yang kekar dengan buku-buku jari yang besar-besar.
Apa iya mbah wijan sudah impoten, seperti katanya barusan?
Lagi-lagi pertanyaan itu mengecamuk di bathin susi. Diam-diam ia membayangkan bagaimana perkasanya mbah wijan saat masih muda.
“Bu susi sudah selesai bu..,” mbah wijan mencolek bahu susi yang melamun.
“Oh.. eh.. iya Mbah.. sudah ya?,” susi malu sendiri karena ketahuan sedang melamun.
“Ibu kenapa? Kok sepertinya ada yang dipikirkan?,” tanya mbah wijan menatap susi.
“Eh.. nggak Mbah. Ah anu.. saya tiba-tiba kepikiran tentang mimpi-mimpi serem yang sering saya alami belakangan ini. Apa bisa Mbah mengusirnya?,” susi sembarang celetuk mengarang cerita untuk menutupi malu. Tapi cerita karangannya justru menjebaknya dalam situasi makin rumit akhirnya.
“Oh itu. Bisa bu.. nanti setelah pembersihan rumah saya akan lihat apa penyebabnya ya.. mungkin ada yang mengganggu ibu,” kata mbah wijan.
Situs Poker Online Ritual dilanjutkan ke kamar mandi di dalam kamar tidur utama. Di sini susi jadi serba salah, karena ia harus berada pada posisi seperti biasanya. Tapi kegundahan susi terobati setelah mbah wijan mengatakan tak harus telanjang, tetapi cukup dengan melilit handuk di tubuhnya.
susi berdiri di bawah shower dengan handuk biru melilit tubuhnya dan kedua tangan memegangi baskom air bunga. mbah wijan kemudian mengaktifkan shower sehingga tubuh susi kuyub tersiram bersama handuk yang dipakainya.mbah wijan mulai memejam mata dan merapal mantra-mantra, kemudian mulai memercik air ke sudut-sudut kamar mandi.
Belum lagi usai prosesi di kamar mandi itu, tiba-tiba lilitan handuk di tubuh susi melonggar karena siraman shower. susi panik dan berusaha menahan agar handuk tidak melorot, tapi terlambat, ujung handuk kanterjuntai ke bawah membuat hanya bagian kiri tubuh susi yang tertutup.
Astaga, bagaimana ini, pikir susi tak karuan. Tubuhnya telanjang bulat di bagian kanan, tepat di hadapan mbah wijan. Bagaimana kalau mbah wijan tidak lagi terpejam? Pasti semua kebugilannya terlihat jelas.
Masih dalam kepanikan susi, mbah wijan tiba-tiba mengamit ujung handuk yang luruh, kemudian membantu melilitkan di tubuh susi.
“Maaf bu susi.. saya bantu membenarkannya ya,” katanya, sementara susi tak bisa bersuara. mbah wijan kemudian melanjutkan prosesi ritualnya.
susi kembali didera beragam pertanyaan dan perasaan aneh tentang mbah wijan. Saat membenahi handuk di tubuh susi, jemari mbah wijan sempat menyusup dan menyentuh kulit mulus di pangkal buah dadanya. Ada desiran aneh menjalari susi saat kulit kasar mbah wijan menggesek pangkal buah dadanya. Desiran yang selama ini mulai jarang dirasakan bersama gunawan, suaminya.
“Sekarang prosesi sudah selesai bu. Apa ibu jadi mau menyelesaikan masalah mimpi buruknya?,” suara mbah wijan mengejutkan susi.
“Bu susi bisa pakai daster lagi.. dan saya akan merowah ibu,” kata mbah wijan sambil keluar kamar mandi ke kamar tidur, sementara susi kembali mengenakan daster tipisnya.
mbah wijan meminta susi berbaring di ranjang, susi menurut dengan hati berdebar-debar tak karuan. Dengan posisi duduk di sisi ranjang, mbah wijan meletakkan telapak tangan kanannya di dahi susi sambil merapal mantra. susi mengamati mbah wijan yang terpejam berkomat-kamit. Wajah mbah wijan masih meninggalkan gurat-gurat ketampanan, semakin terkesan jantan dengan tulang rahang yang menonjol.
“Ehm.. apa kira-kira penyebab mimpi-mimpi itu Mbah,” susi beranikan diri bertanya. mbah wijan membuka mata dan menatap mata susi membuat susi salah tingkah.
“Hmm.. maaf bu susi. Sepertinya ada yang berusaha mengguna-gunai ibu, dan sudah masuk sebagian merasuk ke aliran darah ibu. Mungkin saingan usaha pak gunawan yang sudah kewalahan tak bisa menembus pak guna kemudian menyasar ibu,” jawab mbah wijan.
susi jadi takut. Bukankah soal mimpi buruk itu hanya karangannya? Tapi soal guna-guna, jangan-jangan memang benar sudah merasuk di tubuhnya.
“Apa berbahaya Mbah?,” tanya susi ketakutan.
“Kalau tidak segera dibersihkan bisa bahaya bu. Kalau tidak kuat ibu bisa hilang akal sehat, bisa gila. Tapi untung cepat terdeteksi,” kata mbah wijan.
mbah wijan kemudian menjelaskan bahwa untuk mengusir guna-guna dan membersihkan yang sudah terlanjur merasuk ke dalam aliran darah, maka susi harus menjalani ritual pembersihan seperti ritual pembersihan rumah. Caranya dengan dimandikan air kembang tujuh rupa oleh mbah wijan.
mbah wijan meminta susi tetap berbaring, sementara ia mengambil baskom air kembang sisa prosesi tadi di kamar mandi.
Setelah kembali duduk di sisi ranjang, mbah wijan mulai merapal mantra dan memercikkan air kembang ke sekujur tubuh susi, mulai kepala sampai kaki.
“Maaf bu, mungkin sedikit risih.. tapi jangan dirasakan ya, karena perlawanan bisa menggagalkan ritualnya,” kata mbah wijan. Belum sempat susi menjawab, telapak tangan mbah wijan mulai menelusuri tubuh susi seolah mengolesi dengan air kembang.
susi tak punya pilihan. Ketakutannya mengalahkan akal sehatnya, dan ia menuruti apa saja perkataan mbah wijan. Ia merasakan tangan mbah wijan mengusap-usap lehernya lalu turun ke dada. Usapan berlanjut ke dua buah dada susi membuat susi merasakan desiran aneh luar biasa.
Daster tipis tanpa bra membuat telapak tangan mbah wijan sangat terasa menyentuh dan mengusapi putting susu susi. susi memejamkan mata dan berhayal yang sedang mengelus tubuhnya adalah gunawan suaminya. Maksud susi adalah untuk menghilangkan risih yang sedang melanda dirinya. Lagipula, bukankah mbah wijan impoten? Begitu pikirnya.
Tapi niat susi justru menyeretnya ke posisi yang lebih sulit. Dengan membayangkan suaminya yang sedang mengusap tubuhnya, libido susi malah terpacu dan gairah seksnya meninggi.susi merasakan tangan mbah wijan mulai menjalar ke kakinya. Sentuhan nikmat mulai dirasakan susi di bagian pahanya, tanpa disadari tangan mbah wijan terus menelusup bagian bawah daster, dan mulai mengusapi kulit paha susi.
“Aahh.. mas Jaya..,” susi mendesis mencoba membendung gairahnya, pikirannya semakin tertuju pada gunawan yang sedang menjelajahi tubuhnya.
mbah wijan menangkap libido susi yang mulai meningkat, ia kemudian memberanikan diri mengusapi pangkal paha susi dan sesekali tangannya menyetuh bibir kemaluan susi yang tidak terbungkus CD. susi menggelinjang dan mulai melebarkan kakinya memberikan ruang lebih luas bagi sentuhan mbah wijan.
Daster bagian bawah sudah tergulung sampai ke perut susi, paha mulus dan rambut tipis di kemaluan susi terpampang jelas di hadapan mbah wijan. mbah wijan ingin sekali mengusapi kemaluan susi, bagaimana pun ia lelaki normal dan masih bisa ereksi di usia tuanya.
Pengakuan impoten dilakukan mbah wijan sebenarnya hanya agar kliennya merasa nyaman saat ritual dilakukan. Tapi mbah wijan tak berani melangkah lebih jauh karena takut dilaporkan ke gunawan, sebab selama dua tahun ini gunawan sudah menjamin perekonomian keluarganya bahkan sampai ia mampu mengkuliahkan anaknya.
“Ehmm.. maaf bu susi..,” suara mbah wijan menyadarkan susi.
“Oh.. eh.. iya Mbah. Sudah selesaikah?,” susi terkejut membuka mata, gelagapan bercampur malu menyadari dirinya bugil di bagian bawah, dan segera membenahi letak dasternya. Nafas susi sedikit berat desiran kenikmatan masih tersisa padanya.
“Belum bu, guna-gunanya cukup kuat dan sudah merasuk jauh ke aliran darah bu susi,” mbah wijan kini yang mulai mengarang cerita.
“Daster ini menyulitkan saya melakukan ritual.. karena sebetulnya harus kulit tubuh bu susi yang langsung dibaluri air kembang,” katanya tanpa menunggu reaksi susi.
Rasa takut gila karena guna-guna ditaMbah desir kenikmatan yang terlanjur ia rasa akibat sentuhan jemari mbah wijan membuat susi sama sekali berada di bawah konrol mbah wijan. Ia menuruti perkataan mbah wijan untuk menanggalkan dasternya, dan untuk tidak bercerita pada gunawan suaminya tentang ritual mereka.
“Silahkan Mbah.. dilanjutkan ritualnya. Yang penting saya sembuh Mbah,” kata susi yang sudah kembali berbaring dalam keadaan telanjang.
mbah wijan terbelalak tak percaya, betapa tubuh mulus istri gunawan terpampang telanjang di hadapannya menunggu disentuh dan dijelajahi olehnya.
Dengan sikap serius seolah ritual sesungguhnya, mbah wijan kembali komat-kamit dan mulai menyentuh susi. Air kembang dipercikkan lalu tangan mbah wijan menelusuri buah dada susi, sebentar kemudian ke perut, tetapi kemudian kembali lagi ke buah dada.
susi memejam dan menggelinjang merasakan sentuhan langsung telapak tangan kasar mbah wijan di kulit mulusnya. Tangan kiri mbah wijan mulai meremasi buah dada susi bergantian, sebelah kanan dan kiri, sementara tangan kanannya menelusur ke bawah mengusapi paha dan selangkangan susi.
Nafas susi semakin berat saat merasakan sentuhan mbah wijan mulai menjelajahi di bagian vitalnya. susi ingin melawan dan menolak, tetapi rasa takut akan guna-guna dan kenikmatan yang sedang melanda mengalahkan perasaan risihnya. Ia memutuskan untuk kembali membayangkan bahwa suaminya yang sedang menjelajahi tubuhnya.
mbah wijan mengangkangkan kedua kaki susi membuat kemaluan susi semakin jelas terlihat. Perlahan ia memberanikan diri membelai lebih intens permukaan kemaluan susi, ia merasakan cairan kemaluan susi mulai merembes keluar membuat permukaannya semakin licin berlendir.
“Ahhhsss..,” susi mendesis tak kuasa menahan kenikmatan sentuhan-sentuhan di tubuhnya. Ia merasakan sesuatu menguak bibir kemaluannya dan saat yang sama putting susunya terasa dipilin-pilin, diremas-remas.
Di saat libidonya semakin tak terbendung, susi merasakan sesuatu yang hangat menyapu-nyapu bibir kemaluannya. Benda lunak bertekstur kasar itu mulai menyapu kemaluannya secara rutin berirama.
“Ouhh.. ahhss. Mbah, kenapa digituin?,” susi terperanjat saat menyadari kini kepala mbah wijan seolah tenggelam diselangkangannya. Rupanya benda hangat yang nikmat menyapu kemaluannya adalah lidah mbah wijan yang menjilatinya.
“Eh.. oh.. maaf bu susi, ini harus saya lakukan untuk menyedot guna-gunanya. Ini sudah hampir selesai. Tapi kalau ibu keberatan.. saya minta maaf bu susi,” mbah wijan nampak khawatir susi marah dan melaporkannya pada gunawan.
Tapi ternyata susi tidak marah. Ia malah kembali memejamkan mata dan melebarkan dua kakinya memberi isyarat pada mbah wijan untuk melanjutkan jilatan-jilatannya.
Benak susi berJayati membayangkan gunawan suaminya, sebab selama menikah hingga punya dua anak, sekali pun tak pernah gunawan menjilati kemaluan susi. Padahal dari film-fim porno yang mereka nikmati bersama selama ini, susi ingin sekali merasakan bagaimana jika kemaluannya disentuh dengan lidah, dijilati dan dihisap.
“Ahhk.. Mbah..,” susi mulai terbawa gairahnya. mbah wijan, lelaki tua yang baru dikenalnya ternyata tidak jijik menjilati vitalnya, tidak seperti suaminya yang merasa jijik kalau harus menjilati kemaluan susi.
Tanpa disadari tangan susi mulai meraih rambut mbah wijan di selangkangannya dan berusaha menekan agar jilatan di kemaluannya lebih terasa.
Kumis dan jenggot mbah wijan yang kasar menaMbah rasa geli di kemaluan susi. Lidah mbah wijan semakin leluasa menjelajahi gundukan kemaluan susi yang sudah sangat basah berlendir. Rintihan susi semakin keras dan sering terdengar.
mbah wijan turut terpacu libidonya, sambil terus menjilat dan menghisap bibir kemaluan susi, tangganya mulai memelorotkan celana kolor hitamnya. Kemaluannya mengacung tegang kemudian dikocok-kocok dengan tangan kirinya, sambil membayangkan ia sedang menyetubuhi susi.
susi mulai merasakan sensasi disekitar kemaluannya, seperti ada hawa panas menjalar di pangkal pahanya. Hawa panas itu terus mendesak dan berkumpul dipusat klitorisnya, semakin lama semakin mendesak setiap kali jilatan mbah wijan menerpa. Kedutan-kedutan mulai ia rasakan di kemaluannya. Tangannya semakin meremas kencang rambut mbah wijan. Sementara pinggulnya tergetar hebat seperti Jayadak menguyak kepala mbah wijan di jepitan pahanya.
“Ouhh.. mbaahhhh… akkkssshhh…,” susi setengah menjarit ketika kumpulan hawa panas itu meledak mencapai puncak kenikmatannya. Di saat bersamaan kocokan tangan mbah wijan membuat kemaluannya terasa Jayadak meledak menyeburkan sperma kenikmatan. Tangannya segera menyembar daster susi yang luruh di ranjang, lalu menghadang semburan spermanya menggunakan daster susi.
susi lunglai tak bertenaga, masih terpejam menikmati sisa-sisa puncak kenikmatannya. mbah wijan duduk di sisi ranjang kembali menyaksikan wajah cantik susi setelah puncak kenikmatannya.
“Sudah tuntas bu susi.. sudah keluar semuanya,” kata mbah wijan. susi tak mampu bicara, ia merasa lemas bercampur malu menyadari lelaki lain sudah melihat tubuhnya. Ia lalu duduk dan mengamit selimut untuk menutupi tubuh bugilnya, bersandar di kepala ranjang.
“Bagaimana rasanya bu susi?,” tanya mbah wijan.
“Hmm.. nikmat Mbah..,” jawab susi tanpa sadar.
“Maksud bu susi?,” mbah wijan seolah memancing.
“Oh.. eh.. anu.. maksud saya. Maksud saya sudah agak ringan sekarang, mungkin karena guna-gunanya sudah keluar,” kata susi malu.
Tiba-tiba pikiran susi kembali tertuju pada fisik mbah wijan. Apa benar si Mbah tidak ereksi kemaluannya saat memperlakukannya seperti tadi.
“Mbah.. maaf ya kalau saya tanya. Apa tadi Mbah tidak merasakan gairah seks? Waktu menghisap guna-guna dari tubuh saya tadi?. Apa anu Mbah tidak tegang?,” ia beranikan bertanya untuk menjewab penasarannya.
“Kan Mbah sudah bilang.. Mbah impoten bu susi. Ibu mau lihat?,” mbah wijan langsung berdiri tanpa menunggu jawaban susi, ia langsung melorotkan celana hitamnya tanpa CD.
Kemaluan mbah wijan menggelantung keluar, nampak lagi tanpa ketegangan sebab klimaksnya sudah sampai dengan onani tadi.
susi terbelalak memperhatikan bentuk kemaluan mbah wijan. Dalam kondisi tidur kemaluannya itu tetap besart, lebih besar dari milik gunawan. Pikirannya kembali tak karuan, bagaimana besarnya kalau kemaluan hitam mbah wijan itu tegang?.
“Ndak sebesar punya pak guna ya bu?,” tanya mbah wijan.
“Eh.. hmm.. hampir sama kok,” jawab susi. Ia malu mengakui kemaluan gunawan tergolong kecil, apalagi dibanding kemaluan mbah wijan.
Tapi mbah wijan sudah tahu kalau kemaluan gunawan ukuran mini. Sebab selama ritual pembersihan rumah sebelumnya, mbah wijan sudah melihat kemaluan gunawan ketika pembersihan tanpa busana di kamar mandi. gunawan bertubuh tambun dengan perut membuncit. Kemaluannya pun tidak bertahan lama kalau bersetubuh dengan susi.
“Ya sudahlah bu susi, Mbah pamit pulang ya. Ndak enak kalau pak guna datang, nanti jadi salah paham melihat kita berdua di kamar ini dalam kondisi begini,” mbah wijan merapikan celananya dan bersiap keluar kamar. susi ikut bangkit dengan melilit selimut menutupi tubuhnya.
“Sebentar Mbah.. ini ada sesuatu dari saya untuk istri dan anak Mbah di rumah,” susi mengeluarkan beberapa lembar uang dari lemari dan menyisipkannya di kantung baju hitam mbah wijan. mbah wijan tak menolak pemberian itu, anggap saja rejeki taMbahan.
“Hmmm Mbah.. satu pertanyaan lagi boleh ya? Apa Mbah sudah tidak pernah bersetubuh sama istri?,” kata susi.
Situs Poker Online “Oh ndak apa kalau ibu ingin tahu. Sebenarnya ya masih bu kadang-kadang. Tapi anu Mbah baru bisa berdiri di saat-saat tertentu tanpa Mbah tahu. Ya sudah Mbah pamit permisi bu,” jawab mbah wijan lalu pergi meninggalkan rumah gunawan.
» Thanks for reading Cerita Sex Pemainan Ilmu Gaib Utk Pelepas Birahi
0 Response to "Cerita Sex Pemainan Ilmu Gaib Utk Pelepas Birahi "
Post a Comment